Jumat, 04 Oktober 2013

TERPENOID: Bioaktifitas Senyawa Terpenoid

ALGA MERAH G.verrucosa sebagai AGENT ANTIBAKTERI 


Dalam tumbuhan biasanya terdapat senyawa hidrokarbon dan hidrokarbon teroksigenasi yang merupakan senyawa terpenoid. Kata terpenoid mencakup sejumlah besar senyawa tumbuhan, dan istilah ini digunakan untuk menunjukkan bahwa secara biosintesis semua senyawa tumbuhan itu berasal dari senyawa yang sama. Jadi, semua terpenoid berasal dari molekul isoprene CH2==C(CH3)─CH==CH2 dan kerangka karbonnya dibangun oleh penyambungan 2 atau lebih satuan C5 ini. Kemudian senyawa itu dipilah-pilah menjadi beberapa golongan berdasarkan jumlah satuan yang terdapat dalam senyawa tersebut, 2 (C10), 3 (C15), 4 (C20), 6 (C30) atau 8 (C40). Dapat kita lihat contoh senyawa terpenoid pada alga merah, yang mana artikel berikut berasal dari penelitian orang lain.
Alga hijau, alga merah ataupun alga coklat merupakan sumber potensial senyawa bioaktif yang bermanfaat bagi pengembangan industri farmasi seperti sebagai anti bakteri, anti tumor, anti kanker dan industri agrokimia (Putra, 2006). Jenis-jenis rumput laut dari ketiga golongan tersebut mempunyai potensi ekonomis penting, karena kandungan senyawa kimia yang merupakan hasil metabolisme primer (Jasuda.net, 2008). G.verrucosa termasuk alga merah (Rhodophyta) yang berpotensi mengandung senyawa metabolit primer. Riset-riset terutama diperlukan untuk mencari bahan baku industri, senyawa bioaktif, pengembangan produk-produk turunan berbasis alga, dan mempelajari misteri dan keunikan-keunikan alga dalam hubungannya sebagai bagian dari ekosistem.
Salah satu pengembangan dari pemanfaatan jenis alga merah G.verrucosa antara lain adalah penggunaan ekstrak-nya sebagai agent antibakteri, yaitu suatu zat yang mencegah terjadinya pertumbuhan dan reproduksi bakteri karena terdapat kandungan senyawa bioaktif terpenoid. Penyakit udang yang disebabkan oleh bakteri Vibrio sp. masih menjadi fokus perhatian utama dalam produksi budidaya udang. Vibrio alginoliticus dan Vibrio anguillarum merupakan agen penyebab penyakit vibriosis yang menyerang hewan laut seperti ikan, udang, dan kerang-kerangan. Ekstrak G.verrucosa diduga bersifat antibakteri dan dapat mampu menekan pertumbuhan bakteri patogen Vibrio alginoliticus dan Vibrio anguillarum.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk untuk mengekstrak bahan aktif ekstrak alga merah G.verrucosa sebagai agent antibakteri. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode metode eksperimen yaitu yaitu mengadakan percobaan untuk melihat hasil. Hasil yang didapat akan menegaskan bagaimana hubungan kausal antara variabel - variabel yang diselidiki dan berapa besar hubungan sebab akibat tersebut dengan cara memberikan perlakuan tertentu pada beberapa kelompok eksperimental dan menyediakan kontrol untuk perbandingan (Nazir ,1988). Penelitian ini mengunakan metode eksperimen, sedangkan rancangan yang diunakan adalah Rancanan Acak lenkap (RAL) dengan 6 perlakuan masing-masing diulang konsentrasi 0%, 30%, 35%, 40%, 45%, dan 50% untuk bakteri Vibrio alginoliticus dan konsentrasi 30%, 35%, 40%, 45%, dan 50%.
Ekstraksi bahan aktif dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol menghasilkan ekstrak G.verrucosa yang diuji aktivitas antibakterinya terhadap bakteri Vibrio alginoliticus dan Vibrio anguillarum dengan metode dilusi. Hasil uji dilusi menunjukkan ekstrak G.verrucosa bersifat bakteriostatik menghambat pertumbuhan V. alginoliticus pada konsentrasi 40% dan V.anguillarum pada konsentrasi 30% (MIC V.alginoliticus 40%;MIC V.anguillarum 30%). Ekstrak G.verrucosa bersifat bekterisidal membunuh bakteri V.alginoliticus pada konsentrasi 45% dan V.anguillarum pada konsentrasi 35%. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak G.verrucosa, maka semakin sedikit jumlah koloni bakteri yang tumbuh. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya zat antibakteri yang menghambat dan mematikan bakteri uji seiring dengan meningkatnya konsentrasi dari setiap perlakuan. Jawetz dan Aldelbergs, (1982) menjelaskan bahwa semakin tinggi konsentrasi antibakteri yang digunakan, maka kemampuan untuk membunuh bakteri semakin cepat. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak G.verrucosa dapat dikategorikan sebagai agent antibakteri dan bersifat antimikrobial. Kemampuan ekstrak G.verrucosa sebagai senyawa antibakteri dalam menghambat pertumbuhan kedua bakteri Vibrio adalah karena terdapatnya senyawa terpenoid. Simanjuntak (1995) menyatakan bahwa analisa kimia alga merah mengandung senyawa terpenoid, asetogenik maupun senyawa aromatik. Umumnya senyawa yang ditemukan pada alga merah bersifat anti mikroba, anti inflamasi, anti virus dan bersifat sitoksis. Terpen atau terpenoid aktif terhadap bakteri, fungi, virus, dan protozoa. Mekanisme kerja terpen belum diketahui dengan baik dan dispekulasi terlibat dalam perusakan membran sel oleh senyawa lipofilik (Indobic,2009). Mekanisme kerja antibakteri pada umumnya menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara mengiritasi dinding sel, menggumpalkan protein bakteri sehingga terjadi hidrolisis dan difusi cairan sel yang disebabkan karena perbedaan tekanan osmose.

PERMASALAHAN:
Pada artikel diatas dijelaskan bahwa kemampuan G.verrucosa sebagai senyawa antibakteri dalam menghambat pertumbuhan kedua bakteri Vibrio ada karena terdapatnya senyawa terpenoid. Dan juga dijelaskan bahwa mekanisme kerja terpen belum diketahui dengan baik dan dispekulasi terlibat dalam perusakan membran sel oleh senyawa lipofilik (Indobic,2009). Mekanisme kerja antibakteri pada umumnya menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara mengiritasi dinding sel, menggumpalkan protein bakteri sehingga terjadi hidrolisis dan difusi cairan sel yang disebabkan karena perbedaan tekanan osmose. Yang menjadi permasalahannya, bagaimana keterlibatan terpenoid dalam perusakan membran sel

2 komentar:

  1. saya akan mencoba menjawab permasalahan sdri. nofi, dari salah satu jurnal yg sy baca menurut saya keterlibatan terpenoid dalam perusakan membran sel, senyawa golongan terpenoid dapat berikatan dengan protein dan lipid yang terdapat dalam membran sel, dan dapat menimbulkan lisis pada sel. menuruk volk dan wheler (1988), bahwa membran sel yg tersusun dari protein dan lipid sangat rentan terhadap zat kimia yang dapat menurunkan tegangan permukaan. kerusakan membran sel meyebabkan tergangunya transportasi nutrisi ( senyawa dan ion) melalui membran sel sehingga sel bakteri mengalami kekurangan nutrisi yang diperlukanj bagi pertumbuhannya. smoga dapat membantu. trims

    BalasHapus
  2. baiklah saya akan mencoba menjawab pertanyaan saudari novi dimana permasalahannya bagaimana keterlibatan terpenoid dalam perusakan membran sel???

    setelah saya membaca beberapa artikel saya dapat menarik kesimpulan bahwa perusakan membran sel tersebut terjadi karna terpenoid dapat berikatan dengan lipid n protein y terdapat pada membran sel itu sendiri, maka timbulnya lisis pada sel itu sendiri, dan membran menjadi rusak, dan asupan makan bakteri pun berkurang...

    mungkin itu saja y dapat saya jawab...

    mga bsa membantu, terimakasih :)

    BalasHapus