Struktur Alkaloid Berdasarkan kedudukan atom N :
- N 1’ atau punya gugus amin primer misalnya meskaline
- N 2’ atau amin sekunder misal koniin
- N 3’ atau amin tersier misal atropine
- N 4’ atau amin kuarterner misal tubocurarine
- Alkaloid Amida (netral)
- Alkaloid fenolik
Pengaruh thd
prosedur ekstraksi dan pemurnian
Kebasaan
Tergantung pada keberadaan
lone pair elektron dari atom N, tipe heterosiklis dan substitusinya
Electron
withdrawing group yang dekat dengan atom N menurunkan kebasaan
Elektron
donating group menaikkan
kebasaan
Struktur Alkaloid Berdasarkan
struktur kimianya alkaloid di bagi 2 kelompok besar:
1. Alkaloid Non
Heterosiklis / protoalkaloid/ amin biologi Contoh : Hordenin, meskalin, Efedrin, Colchisin.
2. Alkaloid
Heterosiklis dibagi menjadi 12 kelompok menurut bentuk cincinnya.
- Pyridine group: piperine, coniine, trigonelline, arecaidine, guvacine, pilocarpine, cytisine, nicotine, sparteine, pelletierine.
- Pyrrolidine group: hygrine, cuscohygrine, nicotine
- Tropane group: atropine, cocaine, ecgonine, scopolamine
- Quinoline group: quinine, quinidine, dihydroquinine, dihydroquinidine, strychnine, brucine, veratrine, cevadine
- Isoquinoline group: The opium alkaloids (morphine, codeine, thebaine, papaverine, narcotine, sanguinarine, narceine, hydrastine, berberine)
- Aporphine group:Boldine
- Indole group:
Tryptamines: DMT, NMT, psilocybin, serotonin
Ergolines: the ergot alkaloids (ergine, ergotamine, lysergic acid, etc.)
Beta-carbolines: harmine, yohimbine, reserpine, emetine
8.
Purine group: Xanthines: caffeine, theobromine, theophylline
9.
Terpenoid group:
Aconite alkaloids: aconitine
Steroids: solanine, samandarin
10.
Pyrrolizidine group : Symphitine,echimidine, senecionine,seneciphylline
11.
Norlupinane group: Sparteine,cytisine, lupanine,laburnine
12.
Imidazole group:pilocarpine
Hal-hal pokok yang harus diperhatikan
dalam penentuan struktur :
Dua
metode yang paling banyak digunakan untuk menyeleksi tanaman yang
mengandung
alkaloid. Prosedur Wall, meliputi
ekstraksi sekitar 20 gram bahan tanaman kering yang direfluks dengan 80%
etanol. Setelah dingin dan disaring, residu dicuci dengan 80% etanol dan
kumpulan filtrat diuapkan. Residu yang tertinggal dilarutkan dalam air,
disaring, diasamkan dengan asam klorida 1% dan alkaloid diendapkan baik dengan
pereaksi Mayer atau dengan Siklotungstat. Bila hasil tes positif, maka
konfirmasi tes dilakukan dengan cara larutan yang bersifat asam dibasakan,
alkaloid diekstrak kembali ke dalam larutan asam. Jika larutan asam ini menghasilkan
endapan dengan pereaksi tersebut di atas, ini berarti tanaman mengandung alkaloid.
Kromatografi
dengan penyerap yang cocok merupakan metode yang lazim untuk
memisahkan
alkaloid murni dan campuran yang kotor. Seperti halnya pemisahan dengan kolom terhadap
bahan alam selalu dipantau dengan
kromatografi lapis tipis. Untuk mendeteksi alkaloid secara kromatografi
digunakan sejumlah pereaksi. Pereaksi yang sangat umum adalah pereaksi Dragendorff,
yang akan memberikan noda berwarna jingga untuk senyawa alkaloid. Namun demikian
perlu diperhatikan bahwa beberapa sistem tak jenuh, terutama koumarin dan
α-piron, dapat juga memberikan noda yang berwarna jingga dengan pereaksi
tersebut. Pereaksi umum lain tetapi kurang digunakan adalah asam fosfomolibdat,
jodoplatinat, uap jood, dan antimon (III) klorida.
Sementara itu, prinsip
identifikasi kafein menggunakan spektrofotometer Uv-Vis adalahmengidentifikasi
kafein dengan penentuan absorbansi kafein yang berdasarkan interaksi antara
energielektromagnetik dengan molekul dari senyawa kafein, dimana interaksi
tersebut menyebabkan penyerahanenergi radiasi elektromagnetik yang menghasilkan
serapan yang bersifat spesifik untuk setiap molekul.Gugus-gugus yang menyerap
radiasi pada daerah uv-vis disebut gugus kromofor yang menyerap energisehingga
mengalami eksitasi, dimana setelah molekul mengalami eksitasi ke tingkat energi
yang lebih tinggimaka akan kembali ke keadaan semula (ground state) dan
memancarkan energi yang terdeteksi olehinstrumen
Mengidentifikasi
dan penentuan struktur pada senyawa bahan alam ini kita dapat juga menggunkan metode KLT (Kromatografi Lapis
Tipis), Spektrofotometer UV (Ultra Violet), Spektrofotometer FT-IR ( Fourier
Transform Infra Red ), Spektrometer NMR (Nuclear Magnetic Resonance ) ini
merupakan metode untuk penentuan struktur pada senyawa bahan alam. Pertama
senyawa hasil isolasi tersebut misalnya identifikasinya kafein dapat dilakukan
dengan uji kemurnian kafein dengan KLT dengan menggunakan pelarut n-heksan
dan etil asetat kemudian diidentifikasi
dengan Spektrofotometer UV (Ultra Violet), Spektrofotometer FT-IR, setelah
diproleh hasilnya kemudian menggunakan Spektrofotometer
infra merah kemudian hasilnya dibandingkan dengan standar kafein (misalnya pada kafein),
kemudian untuk mengetahui ikatan rangkap menggunakan metode Spektrofotometer
UV (Ultra Violet) dan pada pengaruh pelarut tersebut kemudian untuk mengetahui
gugus fungsional menggunakan Spektrofotometer IR dimana dapat mengetahui jenis
senyawa tersebut dan setelah itu untuk mengetahui jumlah atom C pada senyawa
dan untuk menentukan jumlah dan jenis senyawa hidrogen H yaitu menggunakan
metode Spektrometer NMR (Nuclear Magnetic Resonance ).
Spektrum Inframerah
Spektroskopi inframerah merupakan suatu metode yang mengamati interaksi molekul dengan
radiasi elektromagnetik yang berada pada daerah panjang gelombang 0.75 – 1.000
µm atau pada bilangan gelombang 13.000 – 10 cm-1. Energi dari
kebanyakan vibrasi molekul berhubungan dengan daerah inframerah. Vibrasi
molekul dapat dideteksi dan diukur pada spektrum infamerah. Penggunaan spektrum
inframerah untuk penentuan struktur senyawa organik biasanya antara 650-4.000
cm-1. Daerah di bawah frekuensi 650 cm-1 dinamakan inframerah jauh dan daerah
di atas frekuensi 4.000 cm-1 dinamakan inframerah dekat (Sudjadi, 1983). Pada
prinsipnya bahwa spektrum inframerah adalah untuk mengetahui jenis gugus fungsi
pada suatu senyawa. Spektrum inframerah akan memberikan -piron,aserapan yang kuat pada daerah 1700-1750 cm-1 yang berupa ester sedangkan yang -piron keluar pada serapan
1650 cm-1.
Gambar diatas merupakan SPektrum IR dari kafein, dari spektru ini
dapat diketahui ada beberapa gugus fungsi dalam kafen, seperti C=C pada senyawa
aromatic didaerah serapan 1500-1600, C-H pada senyawa aromatic didaerah serapan
3000-3100, C-N pada amina didaerah 1180-1360, N-H pada amina didaerah
3310-3500.
spektroskopi
UV-VIS
Umumnya
spektroskopi dengan sinar ultraviolet (UV) dan sinar tampak (VIS) dibahas
bersama karena sering kedua pengukuran dilakukan pada waktu yang sama. Karena
spektroskopi UV-VIS berkaitan dengan proses berenergi tinggi yakni transisi
elektron dalam molekul, informasi yang didapat cenderung untuk molekul
keseluruhan bukan bagian-bagian molekulnya. spetroskopi UV-VIS sangat
kuantitatif dan jumlah sinar yang diserap oleh sampel diberikan oleh ungkapan
hukum Lambert-Beer. Dengan mengukur transmitans larutan sampel, dimungkinkan
untuk menentukan konsentrasinya dengan menggunakan hukum Lambert-Beer. Hukum
Lambert-Beer dipenuhi berapapun panjang gelombang sinar yang diserap sampel.
Panjang gelombang sinar yang diserap oleh sampel bergantung pada struktur
molekul sampelnya. Jadi spektrometri UV-VIS dapat digunakan sebagai sarana
penentuan struktur.
Gambar ini merupakan spectrum UV dari kafein
Spektroskopi
NMR
Resonansi Magnetik Inti (NMR) spektroskopi adalah alat yang tersedia
untuk menentukan struktur senyawa organik. Teknik ini bergantung pada kemampuan
inti atom berperilaku seperti sebuah magnet kecil dan menyesuaikan diri dengan
medan magnet eksternal. Biasanya dihunakan untuk mengidentifikasi atau
menjelaskan informasi struktur rinci tentang senyawa kimia. Prinsip kerja dari
NMR yaitu untuk mendapatkan inti dalam molekul dalam arah yang sama sehingga
nantinya medan magnet yang seseuai dengan molekul akan dikonversi menhadi
spektra NMR sehingga struktur molekul dapat teridentifikasi.
PERMASALAHAN:
Sampel yang akan ditentukan strukturnya dengan spektroskopi IR, NMR atau UV-VIS marupakan sampel hasil isolasi dan pemurnian. Jika dari proses isolasi dan pemurnian tadi masih terdapat zat pengotor didalam sampel, bagaimana pengaruh keberadaan zat pengotor tersebut dalam rekaman hasil kerja alat spektroskopi yang digunakan? Apakah berpengaruh terhadap pemanjangan atau pemendekan serapan gelombangnya?
saya akan mencoba menjawab permasalahan sdri. novi, bagaimana pengaruh keberadaan zat pengotor tersebut dalam rekaman hasil kerja alat spektroskopi yang digunakan? Apakah berpengaruh terhadap pemanjangan atau pemendekan serapan gelombangnya? menurut sy, disini kan senyawa tersebut sudah di ekstrak dg isolasi dan pemurnian, jd sampel yg diambil utk di uji spektroskopi biasanya yang tanpa ada pengotornya , nah untuk pengaruh pemanjangan atau pemendekan serapan itu kan pada spektroskopi UV-VIS, dimna faktor yg mmpengaruhinya itu ialah Faktor-faktor yang mempengaruhi spektrum serapan :
BalasHapus1. Jenis pelarut (polar, non polar).
2. pH larutan.
3. suhu
4. Kadar larutan,
Jika konsentrasi tinggi akan terjadi polimerisasi yang menyebabkan λ maksimum berubah sama sekali atau harga Io < Ia.
5. Tebal larutan,
Jika digunakan kuvet dengan tebal berbeda akan memberikan spektrum serapan yang berbeda.
6. Lebar celah.
Makin lebar celah (slit width) maka makin lebar pula serapan (band width), cahaya makin polikromatis, resolusi dan puncak-puncak kurva tidak sempurna. sedangkan pergeseran panjang gelombang panjang/pendek serapan itu dipengaruhi oleh :
1. Pengaruh pelarut Polar
Transisi n – π* terjadi pada ƛ yang lebih pendek ( Pergeseran biru / hipsokhromik)
Transisi π – π* terjadi pada ƛ yang lebih panjang ( Pergeseran merah / bato khromik)
2. Pengaruh konjugasi
Menyebabkan tingkat energi orbital π* turun, energi <, ƛmaks > (pergeseran batokhromik)
3. Auksokhrom : Pergeseran Merah / batokhromik
Auksokrom adalah Gugusan Fungsional yang tidak begitu mampu menyerap cahaya, tetapi dapat merubah intensitas serapan menggeser ƛmaks dari gugus kromofor suatu molekul, dimana Penyerapan sinar UV-Vis dibatasi pada sejumlah gugus fungsional/gugus kromofor (gugus dengan ikatan tak jenuh) yang mengandung elektron valensi dengan tingkat eksitasi yang rendah, Kromofor-kromofor organik seperti karbonil, alken, azo, nitrat, dan karboksil mampu menyerap sinar ultraviolet dan sinar tampak. Panjang gelombang maksimalnya dapat berubah sesuai dengan pelarut yang digunakan. Bila interaksinya terjadi pada tingkat energi lebih kecil atau panjang gelombang yang lebih besar maka dikatakan terjadi pergeseran merah (bathokromik). Sebaliknya bila interaksinya terjadi pada panjang gelombang lebih kecil maka dikatakan pergeseran biru (hipsokromik).
jadi, jika Adanya senyawa penganggu/pengotor Pemecahannya dilakukan menghilangkan penganggunya dengan cara ekstraksi atau reaksi kimia. Apabila tidak berhasil gunakan metode kromatografi, baru di uji dengan spektroskopi.
kesimpulannya zat pengotor tidak dapat mempengaruhi panjang/pendek serapan, yang dpt mempengaruhiny spt yg sy jelaskan diatas. tq
baikalah saya akan mencoba menjawab permasalahan saudari novi : dari beberapa literatur yang saya baca dapat di simpulkan dimana zat pengetor tidak dapat mempengaruhi panjang/pendeknya serapan, yang mempengaruhi panjang pendeknya serapan adalah jenis pelarut (polar, non polar), pH larutan,suhu,kadar larutan,tebal larutan,Lebar celah.
BalasHapustentu zat pengotor disini sangat sedikit adanya karna menghilangkan zat pengotor tersebut dengan cara ekstraksi atau reaksi kimia, jika tidak berhasil digunakan metode kromatografi, bisa dikatakan suadah banyak sekali penyaringan menyebabkan zat pengotor hampir tidak ada lagi...
semoga bisa membantu :)
bagaimana cara mengekstraksi senyawa alkaloid arecaidine dari biji pinang? tolong diceritakan secara rinci ya.. terima kasih untuk bantuannya.
BalasHapusterimakasih tuk jawabannya.
BalasHapussaya sedang dalam penelitian kti tentang isolasi senyawa alkaloid pada tumbuhan dan masih kurang mengerti tentang pembacaan penentuan struktur pada spektro uv-vis. bisahkah saudari menjelaskan bagaimana pembacaannya ?? terimakasih
BalasHapus