Di pagi hari yang dingin, dengan secangkir kopi atau teh panas di
meja, pastilah sangat menyenangkan, dari yang tadinya kita ngantuk berat
tiba-tiba menjadi segar baik badan maupun pikiran, respon tubuh ini
tidak terlepas dari efek kafein yang terdapat dalam kopi atau teh.
Kafein merupakan jenis alkaloid yang secara alamiah terdapat dalam biji
kopi, daun teh, daun mete, biji kola, biji coklat, dan beberapa minuman
penyegar. Kafein memiliki berat molekul 194.19 dengan rumus kimia C8H10N8O2
dan pH 6.9 (larutan kafein 1% dalam air). Secara ilmiah, efek langsung
dari kafein terhadap kesehatan sebetulnya tidak ada, tetapi yang ada
adalah efek tak langsungnya seperti menstimulasi pernafasan dan jantung,
serta memberikan efek samping berupa rasa gelisah (neuroses), tidak
dapat tidur (insomnia), dan denyut jantung tak berarturan (tachycardia).
Dari beberapa literatur, diketahui bahwa kopi dan teh banyak mengandung
kafein dibandingkan jenis tanaman lain, karena tanaman kopi dan teh
menghasilkan biji kopi dan daun teh dengan sangat cepat, sementara
penghancurannya sangat lambat. Berikut adalah kandungan kafein dalam
beberapa produk :
Produk | Kandungan kafein |
Secangkir Kopi | 85 mg |
Secangkir Teh | 35 mg |
Sebotol Coco cola | 35 mg |
Minuman energi (kratingdaeng, M-150,Galin Bugar, dll ) | 50 mg |
Kopi Instan | 2.8 – 5.0% |
Kopi Moka (mentah) | 1.08% |
Kopi Moka (sangrai) | 0.82% |
Kopi Robusta Jawa | 1.48% |
Kopi Arabika | 1.16% |
Kopi Liberika (mentah) | 1.59% |
Kopi Liberika (sangrai) | 2.19% |
Menurut Jurnal American Chemical Society,
kebanyakan kopi yang dibuat dengan kadar kafein rendah dibuat dengan
larutan kimia yang dapat menyerap kafein dari biji kimia. Atau dapat
pula menggunakan tehnik “Swiss Water Process” yaitu menggunakan
air panas dan uap untuk memisahkan kafein dari biji kopi. Selain itu
saat ini sedang diteliti pemanfaatan bioteknologi untuk penghancuran
kafein dalam tanaman kopi, salah satunya adalah penggunaan bakteri yang
dipasangkan dengan theophylline, yaitu senyawa yang dihasilkan
untuk merusak kafein pada tanaman kopi dan teh. Diharapkan bakteri ini
dapat menghancurkan kafein secara cepat, tetapi tetap mempertahankan
rasa alami kopi yang nikmat.
Kepekaan terhadap Kafein
Setiap orang berbeda kadar kepekaannya terhadap kafein. Beberapa kepekaan terhadap pengaruh kafein terhadap ibu yang sedang hamil telah diungkapkan, yaitu dapat menyebabkan kelahiran bayi yang cacat. Penelitian terhadap manusia dan hewan belum konklusif hasilnya; apakah benar dengan konsumsi normal sehari-hari dapat mengakibatkan kelahiran bayi yang cacat. Walaupun demikian karena adanya ketidakpastian dalam penelitian terhadap manusia dan telah adanya bukti yang nyata bahwa beberapa bayi cacat terjadi pada hewan percobaan, maka dapat disarankan untuk perempuan yang sedang hamil untuk mengurangi konsumsi kafeinnya perhari.
Setiap orang berbeda kadar kepekaannya terhadap kafein. Beberapa kepekaan terhadap pengaruh kafein terhadap ibu yang sedang hamil telah diungkapkan, yaitu dapat menyebabkan kelahiran bayi yang cacat. Penelitian terhadap manusia dan hewan belum konklusif hasilnya; apakah benar dengan konsumsi normal sehari-hari dapat mengakibatkan kelahiran bayi yang cacat. Walaupun demikian karena adanya ketidakpastian dalam penelitian terhadap manusia dan telah adanya bukti yang nyata bahwa beberapa bayi cacat terjadi pada hewan percobaan, maka dapat disarankan untuk perempuan yang sedang hamil untuk mengurangi konsumsi kafeinnya perhari.
Begitupun juga dengan konsumsi minuman berenergi
(semisal kratingdaeng, M-150, dan produk sejenisnya). Orang mungkin
terpikat dengan namanya dan meminumnya untuk membangkitkan tenaga.
Tetapi harus diketahui minuman berenergi berbeda dengan minuman sumber
energi.
Suatu bahan pangan layak disebut sumber zat gizi tertentu
apabila kandungan zat gizi yang diklaimnya sekurang-kurangnya 10% dari
kecukupan gizi yang dianjurkan, per takaran saji. Jadi suatu produk
minuman dapat disebut sebagai sumber energi bila dalam satu takaran saji
mengandung sekurang-kurangnya 250-280 kkal. Sebagai gambaran kecukupan
energi pria dewasa usia 20-45 tahun adalah sebesar 2.800 kkal/hari,
sedangkan usia 46-59 tahun adalah 2.500 kkal/hari. Sedangkan kontribusi
minuman berenergi terhadap pemenuhan kebutuhan energi khususnya pria
dewasa adalah berkisar 7-15% bila dikonsumsi 2-3 kali sehari atau
kandungan energinya berkisar 100-112 kkal untuk satu takaran saji (150
ml/botol). Dari perhitungan ini diketahui bahwa minuman berenergi belum
termasuk dalam golongan minuman sumber energi.
Jika melihat dari
komposisinya, maka yang perlu diwaspadai dari minuman berenergi adalah
kandungan kafeinnya. Mengutif beberapa hasil penelitian, dosis 100-150
mg kafein merupakan batas amam konsumsi manusia, dan efek yang diberikan
pada takaran ini adalah dapat meningkatkan aktivitas mental yang
membuat orang selalu terjaga, sehingga dosis anjuran konsumsi dari
produsen minuman berenergi adalah 2-3 kali atau setara dengan 100-150 mg
kafein seharinya. Hal ini sebenarnya beresiko terutama bila konsumsi
dari minuman berenergi masih disertai dengan minum kopi.
Kafein bekerja di dalam tubuh dengan mengambil alih reseptor adenosin
dalam sel saraf yang akan memacu produksi hormon adrenalin dan
menyebabkan peningkatan tekanan darah, sekresi asam lambung, dan
aktifitas otot, serta perangsangan hati untuk melepaskan senyawa gula
pada aliran darah untuk menghasilkan energi ekstra. Mekanisme kerja
kafein dalam tubuh adalah dengan menyaingi fungsi adenosin, salah satu
senyawa dalam sel otak yang membuat orang mudah tertidur. Namun berbeda
dengan ikatan adenosin asli dengan reseptor, kafein tidak memperlambat
gerak sel tubuh. Lama kelamaan sel-sel tubuh tidak akan bekerja lagi
terhadap perintah adenosin.
Kafein akan membalikkan semua kerja adenosin, sehingga tubuh tidak lagi mengantuk, tetapi muncul perasaan segar, sedikit gembira, mata terbuka lebih lebar, namun jantung juga akan berdetak lebih cepat, tekanan darah naik, otot-otot berkontraksi dan hati akan melepas gula ke aliran darah yang akan membentuk energi ekstra. Selanjutnya, setengah dari kandungan kafein yang diminum ternyata bisa bertahan beberapa jam dalam tubuh sehingga membuat mata susah terpejam. Kalaupun dipaksa, kualitas tidur akan berkurang dan terus akan menumpuk selama terus mengonsumsi kafein sehingga mengurangi kadar vitalitas tubuh. Pada saat inilah sudah terjadi ketergantungan terhadap kafein, sekali saja terlepas dari stimulasinya maka tubuh akan mudah merasa lelah dan depresi. Kalau begitu, bisa dipahami kafein termasuk zat berbahaya yang bisa merugikan bila dikonsumsi tanpa kendali
Kafein akan membalikkan semua kerja adenosin, sehingga tubuh tidak lagi mengantuk, tetapi muncul perasaan segar, sedikit gembira, mata terbuka lebih lebar, namun jantung juga akan berdetak lebih cepat, tekanan darah naik, otot-otot berkontraksi dan hati akan melepas gula ke aliran darah yang akan membentuk energi ekstra. Selanjutnya, setengah dari kandungan kafein yang diminum ternyata bisa bertahan beberapa jam dalam tubuh sehingga membuat mata susah terpejam. Kalaupun dipaksa, kualitas tidur akan berkurang dan terus akan menumpuk selama terus mengonsumsi kafein sehingga mengurangi kadar vitalitas tubuh. Pada saat inilah sudah terjadi ketergantungan terhadap kafein, sekali saja terlepas dari stimulasinya maka tubuh akan mudah merasa lelah dan depresi. Kalau begitu, bisa dipahami kafein termasuk zat berbahaya yang bisa merugikan bila dikonsumsi tanpa kendali
Kafeina memiliki
molekul metabolit yaitu 1-3-7-asam trimetilurat, paraxantina, teofillina dan
teobromina dengan masing-masing lintasan metabolismenya. Kafeina mengikat
reseptor adenosina di otak. Adenosina ialah nukleotida yang mengurangi
aktivitas sel saraf saat tertambat pada sel tersebut. Seperti adenosina,
molekul kafeina juga tertambat pada reseptor yang sama, tetapi akibatnya
berbeda. Kafeina tidak akan memperlambat aktivitas sel saraf/otak, sebaliknya
menghalangi adenosina untuk berfungsi. Dampaknya aktivitas otak meningkat dan
mengakibatkan hormon epinefrin terlepas. Hormon tersebut akan menaikkan detak
jantung, meninggikan tekanan darah, menambah penyaluran darah ke otot-otot,
mengurangi penyaluran darah ke kulit dan organ dalam, dan mengeluarkan glukosa
dari hati. Lebih jauh, kafeina juga menaikkan permukaan neurotransmiter dopamin
di otak.
Permasalahan:
Bagaimana aktivitas dari kafein dapat mempengaruhi kerja tubuh sehingga masing-masing individu dapat mengalami efek yang berbeda-beda setelah mengkonsumsi kafein? Misalkan saja Si A dan Si B mengkonsumsi kafein dalam jumlah yang sama, namun Si A mengalami susah tidur sedangkan Si B tidak susah tidur.
menurut literatur yang saya baca :
BalasHapusKafein bekerja dalam tubuh dengan mengambil alih reseptor adenosina dalam sel syaraf yang akan memacu produksi hormon adrenalin. Adenosina ialah nukleotida yang mengurangi aktivitas sel saraf saat tertambat pada sel tersebut.
Seperti adenosina, molekul kafeina juga tertambat pada reseptor yang sama, tetapi akibatnya berbeda. Kafeina tidak akan memperlambat aktivitas sel saraf/otak, sebaliknya menghalangi adenosina untuk berfungsi.
Dampaknya, aktivitas otak meningkat dan mengakibatkan hormon epinefrin terlepas. Epinefrin (atau disebut juga adrenal) adalah hormon dan neurotransmitter (senyawa kimia yang mengirim sinyal dari neuron menuju sel melewati sinapsis).
Hormon tersebut akan menaikkan detak jantung, meninggikan tekanan darah, menambah penyaluran darah ke otot-otot, mengurangi penyaluran darah ke kulit dan organ dalam, dan mengeluarkan glukosa dari hati. Lebih jauh, kafeina juga menaikkan permukaan neurotransmiter dopamin di otak.
Kafeina dapat dikeluarkan dari otak dengan cepat, tidak seperti alkohol atau perangsang sistem saraf pusat yang lain sehingga tidak mengganggu fungsi mental tinggi dan tumpuan otak.
memang sih apabila mengkomsumsi kopi ( kafein ) akan menyebabkan susah tidur , dan ada juga yang tidak ,,,
mungkin hal itu disebabkan ketahanan / kekebalan tubuh yang berbeda beda pada setiap orang .
terimakasih
baiklah saya akan mencoba menjawab pefrtanyaan anda, menurut literatur yang saya baca, kandungan kafein dalam kopi memiliki efek yang beragam pada setiap manusia. Beberapa orang akan mengalami efeknya secara langsung, sedangkan orang lain tidak merasakannya sama sekali. Hal ini terkait dengan sifat genetika yang dimiliki masing-masing individu terkait dengan kemampuan metabolisme tubuh dalam mencerna kafein. Metabolisme kafein terjadi dengan bantuan enzim sitokrom P450 1A2 (CYP1A2).] Terdapat 2 tipe enzim, yaitu CYP1A2-1 dan CYP1A2-2. Orang yang memiliki enzim CYP1A2-1 mampu mematabolisme kafein dengan cepat dan efisien sehingga efek dari kafein dapat dirasakan secara nyata.Enzim CYP1A2-2 memiliki laju metabolisme kafein yang lambat sehingga kebanyakan orang dengan tipe ini tidak merasakan efek kesehatan dari kafein dan bahkan cenderung menimbulkan efek yang negatif.
BalasHapusselain itu Kafeina memiliki molekul metabolit yaitu 1-3-7-asam trimetilurat, paraxantina, teofillina dan teobromina dengan masing-masing lintasan metabolismenya. Kafeina mengikat reseptor adenosina di otak. Adenosina ialah nukleotida yang mengurangi aktivitas sel saraf saat tertambat pada sel tersebut. Seperti adenosina, molekul kafeina juga tertambat pada reseptor yang sama, tetapi akibatnya berbeda. Kafeina tidak akan memperlambat aktivitas sel saraf/otak, sebaliknya menghalangi adenosina untuk berfungsi. Dampaknya aktivitas otak meningkat dan mengakibatkan hormon epinefrin terlepas. Hormon tersebut akan menaikkan detak jantung, meninggikan tekanan darah, menambah penyaluran darah ke otot-otot, mengurangi penyaluran darah ke kulit dan organ dalam, dan mengeluarkan glukosa dari hati. Lebih jauh, kafeina juga menaikkan permukaan neurotransmiter dopamin di otak.
sekian dari saya, semoga membantu, terima kasih.